IDRNEWS.ID, GRESIK – Tarmuji (53) petani Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, tersenyum bahagia saat buah semangka yang ditanamnya musim kemarau ini tumbuh dengan baik.
Pada musim kemarau tahun ini di lahan miliknya seluas kurang lebih 7 ribu meter persegi, Tarmuzi memilih menamam semangka golden. Semangka ini merupakan jenis semangka dengan kulit berwarna kuning cerah dan bertekstur goretan serta daging buahnya dikenal renyah dan manis.
Selama 65 hari Tarmuji merawat semangka ini mulai dari penanaman bibit hingga menjaganya dari ancaman hama. Kini kerja kerasnya itu berbuah manis. Semangka golden yang dirawatnya kini telah telah dipanen. Setelah negosiasi dengan seorang tengkulak, semangka golden di lahan Tarmuji dihargai Rp 40 juta.

“Alhamdulillah hasil panen tahun ini bagus. Selain buahnya besar-besar, rasanya juga sangat manis. Dari penjualan panen kali ini saya dapat Rp 40 juta,” kata Tarmuji saat ditemui IDRNEWS.ID di lahan miliknya, Rabu (11/8/2021).
Ia membeberkan untuk menanam semangka golden yang merupakan jenis semangka hasil persilangan ini tidak terlalu rumit. Ia mengaku hanya membutuhkan modal tak lebih dari Rp 4 juta selama awal musim tanam hingga masa panen.
“Modalnya itu buat beli bibit, pupuk dan obat-obatan. Kalau semuanya di total habisnya tidak sampai Rp 4 juta,” ucapnya.
Sukses juga dirasakan oleh Radi, yang lahannya tak jauh dari lahan milik Tarmuji. Hanya saja Radi lebih memilih menanam semangka jenis inul yang bentuknya agak lonjong dengan daging berwarna kuning.
Radi yang menamam semangka inul di atas lahan seluas hampir setengah hektar musim panen kali ini juga meraup keuntungan besar. Ia mengantongi hasil penjualan semangka inul sebesar Rp 17 juta dari dua lahan miliknya.

“Saya punya dua lahan yang totalnya hampir setengah hektar. Dan setelah dilihat tengkulak, semangka inul saya diborong Rp 17 juta,” ungkap Radi.
Radi yang hanya memiliki anak semata wayang bernama Slamet ini mengaku bersyukur dengan hasil panen yang didapatnya tahun ini. Setidaknya di masa pandemi seperti sekarang dirinya masih bisa memiliki pendapatan dari hasil panen semangka.
“Kalau untuk modalnya habis sekitar Rp 2 jutaan. Kalau musim tanamnya sekitar dua bulan sudah panen,” ujar Radi.
Sementara Sukisno tengkulak yang memborong hasil panen semangka petani Desa Pinggir menjelaskan jika ia memborong hasil panen petani berdasarkan tonase.
“Biasanya rata-rata untuk luas lahan satu hektar tonasenya bisa mencapai 5 ton,” jelas Sukisno.

Tengkulak asal Lamongan itu menambahkan jika semangka ini nantinya akan dipasarkan ke para pedagang buah di Jombang, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, hingga wilayah Jawa Tengah seperti Pati dan Sragen.
Hanya saja untuk masa PPKM ini ia hanya memaksimalkan penjualan di area Jawa Timur saja. Menurutnya belum normalnya kondisi pasar membuat ia kesulitan mendapat harga terbaik di pasar-pasar Jawa Tengah.
“Sementara fokus melayani pasar di Jawa Timur dulu. Kalau pasar Jawa Tengah jualnya belum bisa tinggi, sehingga risiko ruginya juga tinggi,” pungkas Sukisno. (fhi)