Saat ini banyak pasien, tenaga medis, dokter mata, hingga masyarakat umum berlomba-lomba meningkatkan kepedulian masyarakat agar terhindar dari kebutaan akibat Glaukoma, yakni gangguan mata yang membuat area pandang menyempit secara perlahan bahkan hingga terjadi kebutaan.
Seperti yang dilakukan Klinik Mata KMU Gresik belum lama ini, tenaga medis hingga dokter mata dari Klinik Mata yang berlokasi di jalan. Sumatera GKB ini, memberikan penyuluhan terkait Glukoma kepada pasien.
Pada kesempatan tersebut Kilinik Mata KMU juga membagikan pin himbauan yang bertuliskan “Beat Invisible Glaucoma”.
Dokter Spesialis Mata (Sub Spesialis Glaukoma) KMU Gresik dr. Danti Ayu Irawati, SpM menjelaskan, bahwa Glaukoma merupakan penyakit mata penyebab kebutaan terbesar kedua di Indonesia, setelah Katarak.
Ia menegaskan, bahwa Glaukoma ini merupakan penyakit berbahaya yang kerap disebut “Pencuri Penglihatan”. Hal iti dikarenakan penderita Glaukoma biasanya jarang menyadari. Seringkali terjadi tanpa gejala, ditandai dengan menyempitnya area lapang pandang, yang perlahan-lahan bisa membuat area lapang pending semakin sempit dan menyebabkan kebutaan.
“Parahnya lagi, kebutaan akibat Glaukoma ini bersifat iriversible atau tidak dapat diperbaiki atau disembuhkan” jelas dr. Danti Ayu Irawati, Senin (22/3/2021).
Sementara World Glaucoma Week yang belum lama ini diperingati merupakan inisiatif global dari Asosiasi Glaukoma Dunia (WGA) dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Glaukoma selalu dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk edukasi.
Tujuannya adalah untuk mengingatkan setiap orang agar melakukan pemeriksaan mata (dan saraf optik) secara teratur untuk mendeteksi Glaukoma sedini mungkin.
“Karena kunci dari mencegah terjadinya Glaukoma adalah melakukan pemeriksaan mata rutin, setidaknya dapat mencegah penyempitan area lapang pandang yang menjurus ke kebutaan,” jelasnya.
Menurutnya, pemeriksaan mata sejak dini adalah cara paling efektif dalam mencegah Glaukoma. Berikut waktu ideal memeriksakan mata, agar terhindar dari kebutaan akibat Glaukoma:
Untuk usia sebelum 40 tahun, dianjurkan periksa setiap 2 sampai 4 tahun sekali. Sedang untuk usia antara 40 hingga 60 tahun dianjurkan periksa 2 sampai 3 tahun sekali. Sedang untuk usia di atas 60 tahun dianjurkan periksa 1 hingga 2 tahun sekali.
Dijelaskannya, periksa rutin ini sangat penting dilakukan sebab Glaukoma dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor usia di atas 60 tahun, keturunan, cidera mata, mengidap kondisi medis tertentu dan lain-lain.
“Saya sangat berharap, masyarakat semakin peduli dengan kesehatan mata. Jangan sampai terjadi kebutaan akibat Glaukoma dan menyesalinya karena tidak dapat disembuhkan. The World is Bright, Save Your Sight.” ujar Danti.
Salah satu pasien Glaukoma yang periksa di KMU Gresik, diantaranya Suwarno (50). Pasien asal Lamongan ini, sudah menjalani terapi dan kontrol di KMU Gresik karena Glaukoma yang dideritanya.
Karena gangguan Glaukoma aktivitas bertani Suwarno sempat terhenti, akibatnya produktivtasnya terganggu.
Saat ini banyak pasien, tenaga medis, dokter mata, hingga masyarakat umum berlomba-lomba meningkatkan kepedulian masyarakat agar terhindar dari kebutaan akibat Glaukoma, yakni gangguan mata yang membuat area pandang menyempit secara perlahan bahkan hingga terjadi kebutaan.
Seperti yang dilakukan Klinik Mata KMU Gresik belum lama ini, tenaga medis hingga dokter mata dari Klinik Mata yang berlokasi di jalan. Sumatera GKB ini, memberikan penyuluhan terkait Glukoma kepada pasien.
Pada kesempatan tersebut Kilinik Mata KMU juga membagikan pin himbauan yang bertuliskan “Beat Invisible Glaucoma”.
Dokter Spesialis Mata (Sub Spesialis Glaukoma) KMU Gresik dr. Danti Ayu Irawati, SpM menjelaskan, bahwa Glaukoma merupakan penyakit mata penyebab kebutaan terbesar kedua di Indonesia, setelah Katarak.
Ia menegaskan, bahwa Glaukoma ini merupakan penyakit berbahaya yang kerap disebut “Pencuri Penglihatan”. Hal iti dikarenakan penderita Glaukoma biasanya jarang menyadari. Seringkali terjadi tanpa gejala, ditandai dengan menyempitnya area lapang pandang, yang perlahan-lahan bisa membuat area lapang pending semakin sempit dan menyebabkan kebutaan.
“Parahnya lagi, kebutaan akibat Glaukoma ini bersifat iriversible atau tidak dapat diperbaiki atau disembuhkan” jelas dr. Danti Ayu Irawati, Senin (22/3/2021).
Sementara World Glaucoma Week yang belum lama ini diperingati merupakan inisiatif global dari Asosiasi Glaukoma Dunia (WGA) dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Glaukoma selalu dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk edukasi.
Tujuannya adalah untuk mengingatkan setiap orang agar melakukan pemeriksaan mata (dan saraf optik) secara teratur untuk mendeteksi Glaukoma sedini mungkin.
“Karena kunci dari mencegah terjadinya Glaukoma adalah melakukan pemeriksaan mata rutin, setidaknya dapat mencegah penyempitan area lapang pandang yang menjurus ke kebutaan,” jelasnya.
Menurutnya, pemeriksaan mata sejak dini adalah cara paling efektif dalam mencegah Glaukoma. Berikut waktu ideal memeriksakan mata, agar terhindar dari kebutaan akibat Glaukoma:
Untuk usia sebelum 40 tahun, dianjurkan periksa setiap 2 sampai 4 tahun sekali. Sedang untuk usia antara 40 hingga 60 tahun dianjurkan periksa 2 sampai 3 tahun sekali. Sedang untuk usia di atas 60 tahun dianjurkan periksa 1 hingga 2 tahun sekali.
Dijelaskannya, periksa rutin ini sangat penting dilakukan sebab Glaukoma dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor usia di atas 60 tahun, keturunan, cidera mata, mengidap kondisi medis tertentu dan lain-lain.
“Saya sangat berharap, masyarakat semakin peduli dengan kesehatan mata. Jangan sampai terjadi kebutaan akibat Glaukoma dan menyesalinya karena tidak dapat disembuhkan. The World is Bright, Save Your Sight.” ujar Danti.
Salah satu pasien Glaukoma yang periksa di KMU Gresik, diantaranya Suwarno (50). Pasien asal Lamongan ini, sudah menjalani terapi dan kontrol di KMU Gresik karena Glaukoma yang dideritanya.
Karena gangguan Glaukoma aktivitas bertani Suwarno sempat terhenti, akibatnya produktivtasnya terganggu.
“Menyesal dulu tidak melakukan pemeriksaan rutin dan akibatnya berdampak pada penglihatan yang menyempit ini. Andai waktu bisa diulang saya akan rajin periksa mata,” keluh pria asal Laren, Lamongan ini.