Bagi Pak Wisnu (62) membuat dan menjual wayang kulit berbahan kertas duplex adalah sebuah pilihan hidup. Kecintaannya terhadap tradisi wayang, membuatnya ia menjalani pekerjaanya ini dengan senang hati dan penuh keikhlasan.
Pria yang tinggal di Dusun Balongtambak, Desa Gelinda, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik itu mengaku telah 7 tahun membuat dan menjual wayang duplex keliling dari satu lokasi ke lokasi lain.
“Dulu saya ini kuli bangunan. Tapi karena faktor usia saya jadi tak sekuat dulu lagi. Akhirnya saya putuskan untuk membuat dan menjual wayang kulit dengan bahan kertas duplex,” kata Wisnu, Sabtu (1/5/2021).
Kini setiap hari dirinya memajang dagangannya itu di depan Masjid Cerme Lor (depan pasar) mulai pukul 07.00 Wib hingga 13.00 Wib. Setelah itu dirinya mulai keliling ke tempat lain.
Ditangannya tercipta berbagai macam figur wayang seperti Gatot Kaca, Arjuna, Anoman, Ontorejo, Brotoseno, Subali, Srikandi, Rama, Shinta, Rahwana dan sebagainya.
“Wayang buatan saya ini untuk hiasan dinding dan gantungan di dalam mobil. Bahan dasarnya kertas duplex yang saya warnai dengan cat minyak,” ucapnya.
Untuk harga wayang buatannya tersebut memang bervariasi mulai Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Untuk gantungan mobil dihargai Rp 10 hingga Rp 15 ribu. Lalu wayang ukuran kecil dihargai Rp 15 hingga Rp 25 ribu. Sedang untuk wayang ukuran besar diharga antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu.
“Alhamdulilllah setiap hari selalu ada yang beli. Kalau penjualannya rata-rata laku 5 sampai 10 wayang per hari,” ujarnya.
Wisnu menceritakan jika sebelum pandemi Covid-19 pendapatannya memang lebih banyak. Hal itu dikarenakan izin keramaian bagi orang yang punya hajatan belum dilarang.
“Dulu sebelum pandemi Covid-19 saya jualannya di acara hiburan hajatan orang seperti orkes, ludruk dan wayang kulit. Hasilnya lebih lumayan. Tapi sekarang hiburan hajatan kan belum boleh, jadi saya jualnya keliling,” bebernya.
Meski harus berkeliling namun ayah satu anak ini mengaku sangat menikmati pekerjaannya tersebut. Ia mengungkapkan jika pekerjaan itu bukanlah sekedar membuat wayang dan menjualnya. Lebih dari itu Wisnu mengaku juga ingin dapat melestarikan seni budaya tradisi lokal.
Wisnu mengakui jika dirinya bukanlah seorang dalang. Namun dirinya cukup mengerti dan bisa menjelaskan satu persatu figur wayang yang dibuatnya.
“Kerja bagi saya itu ibadah. Karena itu saya senang setiap kali diminta pembeli menjelaskan figur wayang yang dibelinya. Saya merasa turut mengedukasi. Dan disitulah ada kepuasan tersendiri” ungkap Wisnu. (rgl)